Translate

Senin, 17 Desember 2012

Bisa Mamba Hitam Melampaui Morfin

Ular mamba hitam yang berasal dari Afrika memang ular yang paling mematikan karena bisanya. Namun di luar dugaan, bisa ular ini juga mengandung senyawa penahan rasa sakit atau analgesik yang mumpuni, melampaui morfin.

Ilmuwan asal Perancis menemukan senyawa tersebut setelah menganalisis bisa dari 50 jenis ular. Ia memublikasikan temuannya di jurnal Nature,  Rabu (3/10/2012). Senyawa protein pada bisa ular mamba yang melampaui morfin itu disebut mambalgins.

Eric Lingueglia dari Institute of Molecular and Cellular Pharmacology di Sophia Antapolis, Perancis, yang menemukan senyawa tersebut mengatakan, "Ketika dites pada tikus putih, senyawa analgesik itu sekuat morfin tapi tidak memiliki kebanyakan efek samping yang dipunyai morfin."

Morfin diketahui beraksi di jalur opioid di otak. Senyawa itu bisa menahan rasa sakit tetapi juga memberi efek ketagihan dan rasa pusing, kesulitan berpikir, muntah dan kekakuan otot. Mambalgin tetap mampu menahan rasa sakit tetapi beraksi lewat jalur berbeda, tanpa berakibat efek samping yang besar.

Lingueglia mengatakan, mekanisme rasa sakit muncul pada manusia dan tikus putih sama. Dengan demikian, mambalgin bisa dikembangkan sebagai senyawa penahan rasa sakit bagi manusia. Tes laboratorium secara in vitro dengan sel manusia juga menunjukkan efek yang sama antara manusia dan tikus.

Namun, seperti dikutip BBC kemarin, ia menambahkan, "Ini masih pada tahap sangat awal, dan tentu sulit untuk mengatakan apakah benar-benar akan berfungsi sebagai penahan rasa sakit pada manusia atau tidak. Studi lanjut masih harus dilakukan pada hewan."

Nicholas Casewell, pakar bisa ular dari Liverpool School of Tropical Medicine mengatakan bahwa bisa ular memang berpotensi sebagai obat. Berkomentar tentang temuan ini, ia mengatakan, " Ini menarik, contoh yang bagus obat dari bisa ular, kita membicarakan kelas analgesik yang baru."

Menurut Casewell, penemuan ini cukup langka. Ia mengatakan, efek analgesik dari mambalgin mungkin terjadi berkat kombinasi dengan senyawa toksik lainnya dalam bisa ular, membuat hewan yang dimangsa tak lari.



Si Kecil Berbaju Besi

Nama armadillo dalam bahasa Spanyol berarti “si kecil berbaju besi”, sedangkan bangsa Aztec menyebutnya  azotochtli, yang dalam bahasa mereka (Bahasa Nahua) berarti “kura-kura – kelinci”. Nama ini mengacu pada bentuk tubuhnya yang mempunyai cangkang mirip baju besi atau mirip cangkang kura-kura.
Anatomi
Armadillo memiliki lempeng tulang yang menutupi bagian punggung, sebagian kepala, sebagian kaki, dan sebagian ekornya. Armadillo adalah satu-satunya mamalia yang hidup yang memakai cangkang seperti itu.
Armadillo mempunyai hubungan kekerabatan dengan tringgiling. Armadillo umumnya mempunyai moncong lancip atau berbentuk sekop  dan mata yang kecil. Ukuran dan warna hewan ini bervariasi. Armadillo peri yang berwarna pink atau berwarna salmon panjangnya hanya 15 cm dengan bobot 85 gram, sedangkan armadillo raksasa berwarna coklat tua dengan panjang mencapai 1,5 meter dengan berat mencapai 59 kg. Armadillo jenis lainnya berwarna hitam, merah, abu-abu dan kekuningan.
Habitat
Dari 20 jenis armadillo, 19 jenis hidup di Amerika Latin. Armadillo terutama hidup di wilayah Amerika Selatan dan Amerika Tengah, khususnya di Paraguay dan sekitarnya. Salah satu spesies yaitu armadillo Sembilan ruas (Dasypus novemcinctus) juga terdapat di beberapa Negara bagian di Amerika Sekikat.
Armadillo hidup di habitat iklim sedang dan hangat, antara lain di hutan hujan, padang rumput, dan semi-gurun. Karena laju metabolisma tubuhnya rendah dan kurangnya cadangan lemak di tubuhnya, cuaca dingin adalah musuh yang mematikan bagi armadillo.
Perilaku
Armadillo dikenal sebagai hewan yang bisa menggulung diri menjadi bulat seperti hewan tringgiling. Namun tidak semua jenis armadillo dapat membungkus dirinya dalam cangkangnya. Hanya armadillo tiga ruas (Tolypeutes tricinctus) yang bisa membungkus kepala, kaki dan ekornya membentuk bola keras yang membingungkan predator yang akan memangsanya.
Armadillo mempunyai kaki-kaki yang pendek, tetapi sangat gesit. Hewan ini juga tahan menyelam dalam air sampai 6 menit. Karena cangkangnya sangat padat dan berat, armadillo akan tenggelam dalam air. Untuk dapat menyelam dan berenang dengan baik hewan ini menghirup banyak udara dan menggembungkan perutnya bahkan sampai dua kali ukuran normal.
Armadillo menggunakan cakarnya untuk menggali dan mencari makanan dan untuk membuat liang tempat tinggalnya. Armadillo membuat liang tempat tinggalnya yang hanya mempunyai satu jalan masuk dengan ukuran sesuai dengan ukuran tubuhnya. Armadillo adalah hewan soliter, artiya ia tidak membagi sarangnya dengan armadillo dewasa lainnya. Kebanyakan spesies armadillo tidur sampai 16 jam sehari.
Makanan
Armadillo adalah hewan omnivora, artinya hewan ini makan tumbuhan dan hewan lain. Armadillo tidak memiliki cadangan lemak tubuh, sehingga mereka harus mencari makanan setiap hari. Satwa ini mencari makan dini hari dan di malam hari. Mereka makan kumbang, semut, rayap, ulat dan serangga lainnya. Hewan ini memiliki pengelihatan yang sangat buruk, tetapi penciumannya sangat tajam membantu mereka berburu serangga. Kaki yang kuat dan cakar kaki depan yang besar sangat berguna untuk menggali, sedangkan lidah yang panjang dan lengket berguna untuk menangkap rayap dan semut dari liangnya. Selain makan serangga, armadillo juga makan vertebrata kecil, tumbuhan, beberapa jenis buah, bahkan kadang-kadang makan bangkai.
Reproduksi (Perkembangbiakan)
Armadillo betina siap kawin setelah berusia satu tahun. Kehamilan berlangsung antara 60 sampai 120 hari tergantung spesiesnya. Kebanyakan armadillo dari genus Dasypus melahirkan empat anak kembar. Saat lahir kulit bayi armadillo lunak dan kasar, kulit ini akan mengeras hanya dalam beberapa minggu.
Armadillo dapa hidup sampai 15 tahun.
Populasi
Jumlah populasi hampir semua spesies armadillo terancam karena kehilangan habitat dan perburuan. Sebagian kebudayaan di benua Amerika mengkonsumsi daging armadilo, rasa dan tekstur daging armadillo mirip daging babi. Saat ini, hanya populasi armadillo sembilan ruas yang berkembang, sedangkan beberapa spesies lainnya terancam punah.
Taksonomi
Klasifikasi ilmiah armadillo adalah sbb:
Kerajaan: Animalia, Filum: Chordata, Kelas: Mammalia, Super Ordo: Xenarthra, Ordo: Chingulata, Family: Dasypodidae,


Si Besar yang Cantik

Hiu paus adalah hiu terbesar dan ikan terbesar di dunia. Hiu ini disebut hiu paus karena ukuran tubuhnya yang sangat besar dan bentuk kepalanya tumpul mirip paus. Meskipun ikan ini namanya hiu paus, ikan ini tidak menakutkan karena makanan utamanya adalah plankton.
Anatomi
Hiu paus berukuran panjang hingga  14 meter dengan berat mencapai 15 ton. Ukuran rata-rata adalah 7,5 meter. Seperti kebanyakan hiu, ikan hiu paus betina lebih besar dari hiu paus jantan. Hiu paus memiliki mulut besar yang lebarnya bisa sampai 1,4 meter. Mulutnya berada di ujung moncongnya, bukan pada bagian bawah kepala seperti ikan hiu pada umumnya. Ia memiliki kepala, lebar datar, moncong bulat, mata kecil, 5 celah insang yang sangat besar, 2 sirip punggung, dan 2 sirip dada (di sisi-sisinya). Hiu paus memiliki 3.000 gigi yang sangat kecil tetapi jarang digunakan. Hiu paus merupakan penyaring makanan (filter feeder) menggunakan insangnya yang besar. Ekornya memiliki sirip bagian atas jauh lebih besar daripada sirip sirip bagian bawah. Hiu paus memiliki warna tubuh dengan corak khas yaitu berbintik dan bergaris kuning muda dengan pola acak pada kulitnya yang berwarna abu-abu tua. Kulitnya sangat tebal mencapai 10 cm.
Habitat
Hiu paus hidup di laut air hangat (dekat khatulistiwa) baik di sepanjang pantai dan di laut lepas. Mereka menghabiskan sebagian besar waktu di dekat permukaan. Hiu paus ditemukan di seluruh dunia di lautan hangat dari khatulistiwa ke lintang sekitar ° ± 30-40. Namun hiu ini tidak ditemukan di Laut Mediterania.
Makanan
 Hiu paus adalah karnivora (pemakan hewan). Hiu paus adalah “filter feeder” yang menyaring hewan kecil dari air. Saat berenang ikan ini membuka lebar mulutnya dan menyedot air dalam jumlah besar  berikut hewan-hewan kecil didalamnya dan melewatkan air tersebut melalui jaringan sepon pada  insangnya yang besar. Setelah menutup mulutnya, hiu ini menggunakan alat penyapu insang yang menyaring makanan dari air. Apapun yang tersangkut di insang akan ditelan. Penyapu insang yang memiliki struktur dengan ribuan berbulu dengan panjang sekitar 10 cm, berada di dalam mulutnya berfungsi sebagai perangkap hewan-hewan kecil yangkemudian ditelannya. Air dikeluarkan dari mulut melalui insangnya. Mangsanya terdiri dari plankton, krill (sejenis krustacea kecil mirip udang), ikan-ikan kecil, dan cumi-cumi. 
Perilaku
Hiu paus adalah hewan soliter (suka menyendiri). Kelompok ikan hiu paus jarang terlihat. Hiu paus adalah perenang yang lamban, dengan kecepatan tidak lebih dari 5 km/jam. Ikan ini berenang dengan menggerakkan seluruh tubuh dari sisi ke sisi (tidak hanya mengandalkan ekornya, seperti pada beberapa jenis hiu). Ikan hiu paus tidak berahaya bagi manusia, ikan ini bahkan tidak acuh terhadap penyelam yang menyentuh atau menungganginya. 
Reproduksi (Perkembangbiakan)
Hiu paus betina siap kawin saat berumur 30 tahun. Ikan ini berkembang biak dengan cara beranak (vivivar). Hiu melahirkan banyak anak dalam sekali masa kehamilan. Bayi hiu paus lahir dengan panjang sekitar 60 cm. Diperkirakan hewan ini dapat hidup di laut antara 100 sampai 150 tahun. Populasi Ikan paus hiu semakin langka dan termasuk hewan yang terancam punah. Ikan ini di beberapa wilayah di Asia seperti di Filipina, Taiwan dan India diburu oleh nelayan setempat, meskipun telah dilindungi oleh undang-undang.
Taksonomi
Klasifikasi ilmiah hiu paus adalah sebagai berikut: Kerajaan: Animalia, Filum: Chordata, Sub-Filum: Vertebrata, Kelas: Chondrichthyes, Sub-Kelas:  Elasmobranchii, Ordo: Orectolobiformes, Famili: Rhincodontidae, Genus: Rhincodon, Species: typus.

Sabtu, 01 Desember 2012

si merah dari papua


Buah merah atau Pandanus conoideus adalah maskot provinsi Buah yang termasuk dalam famili pandan (Pandanaceae) dan menjadi maskot (flora identitas) provinsi Papua ini oleh masyarakat setempat sering dijadikan penunjang makanan pokok sehari-hari. Dan oleh sebagian lagi dipercaya sebagai obat herbal untuk berbagai penyakit. Di Papua sendiri buah merah dikenal sebagai kuansu, sedangkan di Maluku dikenal sebagai Pandan seran (Maluku) atau saun (Seram) dan sihu (Halmahera). Dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan Red Fruit. Buah merah mempunyai nama latin Pandanus conoideus Lam. yang bersinonim dengan Pandanus butyrophorus Kurz, P. cominsii Hemsl., P. magnificus Martelli, P. minusculus B.C.Stone, P. plicatus H.St.John, dan P. subumbellatus Becc. ex Solms. Diskripsi Buah Merah. Buah merah (Pandanus conoideus) merupakan anggota famili Pandanaceae (pandan-pandanan) dengan tinggi hingga mencapai 15 meter. Hidup merumpun hingga belasan batang. Batang pohon buah merah berwarna coklat dengan bercak putih, berbentuk bulat dan mempunyai hingga lima cabang. Pada batangnya juga terdapat akar udara yang menggantung sampai ketinggian 1 m dari pangkal batang. Buah merah yang telah tua Daun pohon buah merah berwarna hijau tua, berbentuk pita sepanjangnya antara 90-an cm hingga 320 cm yang pinggirnya berduri-duri kecil. Bunga berwarna kemerahan. Buahnya berwarna merah coklat saat muda dan merah bata, merah kecoklatan, atau ada pula yang kuning ketika tua, bentuknya panjang lonjong, dengan panjang 50-120 cm dan berdiameter 10-25 cm. Buah merah (Pandanus conoideus) yang merupakan flora maskot Papua tersebar di pulau Papua (Indonesia dan Papua Nugini) serta di Maluku. Tanaman ini dapat tumbuh pada dataran rendah hingga ketinggian 2.500 m. Manfaat Buah Merah. Buah merah digunakan oleh masyarakat Papua diperas dan dimanfaatkan sebagai makanan campuran untuk sagu, talas, dan ubi kayu. Sisa perasan (ampas) digunakan sebagai makanan ternak. Buah merah (Pandanus conoideus) juga dapat diolah menjadi minyak sari buah merah. Minyak ini selain digunakan untuk memasak makanan juga dipercaya mampu menjadi penyembuh berbagai penyakit. Buah merah selain mengandung karbohidrat pun mengandung Lipid, Asam palmitat, Asam linoleat, Asam oleat, beta karoten, beta cryptoxanthin, vitamin E, omega 3, omega 9, dan sodium. Kandungan yang terdapat pada buah merah ini dipercaya mampu menjadi antikanker untuk mengobati berbagai kanker. Juga dapat menyembuhkan tumor, darah tinggi, asam urat, stroke, gangguan pada mata, herpes, kencing manis, ostereoporosis, wasir dan lupus. Karena populasinya masih banyak di alam bebas, tanaman buah merah ini bukan termasuk tumbuhan langka maupun tumbuhan yang dilindungi di Indonesia. Namun tidak menutup kemungkinan dikemudian hari tanaman yang menjadi maskot Papua ini menjadi tumbuhan yang langka. Ini seiring dengan makin meluasnya deforestasi dan eksploitasi buah merah untuk diperjualbelikan sebagai obat herbal. Tetap diperlukan kebijakan dari pemerintah agar Buah Merah Si Maskot Papua yang ampuh ini kalaupun bernilai ekonomis yang tinggi tetap dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Plantae; Divisi: Magnoliophyta; Kelas: Liliopsida; Ordo: Pandanales; Famili: Pandanaceae; Genus: Pandanus; Spesies: Pandanus conoideus.

keunikan komodo dragon


Komodo merupakan spesies kadal terbesar di dunia yang memiliki habitat hidup alami di pulau Komodo, Flores, Rinca, Gili Motang, Gili Dasami di Nusa Tenggara, Indonesia. Komodo memiliki panjang tubuh 2-3 meter dengan berat biasanya mencapai 70 kg. Panjang ekornya sama dengan panjang tubuhnya, memiliki 60 buah gigi tajam dengan panjang gigi masing masing sekitar 2,5 cm. Tubuh komodo ditutupi oleh sisik sisik keras berwarna abu abu gelap sampai merah bata pada jantan dan berwarna kehijauan pada yang betina. Komodo jantan memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan komodo betina. Komodo memiliki lidah panjang yang dapat dijulurkan dan bercabang berwarna kuning. Air liur komodo biasanya bercampur dengan darah, hal tersebut karena gigi giginya dilapisi oleh gusi yang ikut tercabik pada waktu makan. Kondisi inilah yang membuat air liur komodo mengandung banyak bakteri yang sangat mematikan. Selain mengandung bakteri ternyata air liur komodo juga mengandung bisa untuk melumpuhkan mangsanya. Satu hal lagi yang menarik adalah fenomena partenogenesis pada Komodo. Komodo betina dapat bereprodusi tanpa adanya komodo pejantan. Seperti pada film Jurasic Park, dinosaurus diciptakan dengan rekayasa genetika, semua dinosaurus tersebut berjenis kelamin betina semua, tapi ternyata mereka dapat bertelur dan melahirkan bayi dinosaurus. Reproduksi normal komodo terjadi antara komodo jantan dan komodo betina, pada fase awal perkawinan, komodo betina selalu berontak dengan menggunakan gigi dan cakarnya, wah berarti pemerkosaan nih, he he. Selanjutnya komodo pejantan harus mampu mengendalikan betina pada saat perkawinan terjadi agar pejantan tidak terluka. Komodo betina dapat bertelur sekitar 20 butir telur, yang kemudian telur tersebut disimpan di dalam lubang tanah untuk dierami. Walaupun komodo memiliki tubuh yang besar dibandingkan dengan kakinya, komodo dapat berlari sampai 20 km/jam untuk mengejar mangsanya, jadi apabila kita berkunjung ke pulau komodo, kita harus berhati hati. Komodo memakan bangkai hewan, maupun hewan hasil buruannya, komodo ternyata dapat mendeteksi bangkai yang jaraknya sampai 9,5 km, wah hebat sekali bukan.

Minggu, 25 November 2012

Cara Ular Berburu di Malam Hari


Ular diketahui memiliki ketepatan akurat serta kecepatan untuk berburu saat malam hari atau di tempat gelap. Bagaimana ini bisa dilakukan? Beberapa ilmuwan, Minggu mengungkapkan cara predator berdarah dingin tersebut mencari mangsa di saat gelap. Selama berabad-abad telah diketahui bahwa ular derik, boa, dan piton memiliki sesuatu yang disebut organ rongga di antara mata dan lubang hidungnya yang dapat merasakan bahkan sekelumit radiasi infra-merah --panas-- di sekitar mereka. Di antara ular berbisa, "diamondblack rattlesnake", hewan asli Meksiko utara dan Amerika Serikat barat-daya, berada di kelasnya sendiri, yakni kemampuannya mencari panas 10 kali lebih kuat dibandingkan dengan ular lain sepupunya. Bahkan dengan potongan kecil yang menutupi matanya, ular tersebut telah memperlihatkan kemampuan untuk melacak dan membunuh korban dengan mata tertutup. Tetapi bagaimana secara tepat pemangsa reptil itu mendeteksi dan mengubah sinyal infra-merah menjadi denyut syaraf tetap menjadi misteri, dan objek perdebatan tajam. Satu calon ialah proses protokimiawi yang menggaris-bawahi pandangan, sedangkan mata melihat radiasi elektromagnetik--cahaya penglihatan bagi manusia--dalam bentuk proton yang mengaktifkan sel-sel penerima, Sel-sel tersebut gilirannya mengubah energi jadi sinyal biokimia di otak. Sebagian ikan, misalnya, dapat melihat ke dalam panjang gelombang spektrum elektromagnetik infra-merah. Namun David Julius, ahli biologi molekular di Universitas California, San Fracisco, memperlihatkan dalam percobaan laboratorium, bahwa ada jalur syaraf yang berbeda berperan sebagai "indra keenam" ular tersebut. "Dalam kasus ini, radiasi infra-merah benar-benar terdeteksi di dalam organ rongga itu sebagai panas," kata Julius dalam wawancara telepon dengan kantor berita Prancis, AFP. "Kami mendapati molekul itulah yang bertanggung jawab." Membran yang sangat tipis di dalam organ rongga tersebut--terutama lubang dangkal yang terlihat tulangnya--menghangat saat radiasi masuk melalui pembukaan pada kulit, ia menjelaskan. Karena membran tersebut adalah ruang dangkal dan sensitif terhadap perubahan temperatur. "Jaringan yang memanas lalu mengirim sinyal ke serat syaraf untuk mengaktifkan penerima yang telah kami identifikasi, dikenal sebagai saluran TRPA1," katanya. Jalur syaraf-kimiawi yang terlibat tersebut menunjukkan ular merasakan panas dan bukan melihatnya. "Molekul yang kami temukan itu milik satu keluarga reseptor yang berkaitan dengan jalur rasa sakit pada mamalia," kata Julius. Pada manusia, mekanisme yang serupa disebut "wasabi receptor". Sepertinya namanya wasabi, bumbu Jepang yang pedas dan menyengat, reseptor itu memungkinkan sistem syaraf sensor manusia mendeteksi iritasi yang berasal dari keluarga mostar. Namun pada mamalia, itu bukan diaktifkan oleh panas. Adaptasi dan Evolusi Temuan tersebut, yang disiarkan di Jurnal Nature, juga memberi titik terang baru mengenai bagaimana ular, yang telah melata di seluruh planet Bumi selama lebih dari 100 juta tahun, berevolusi. "Mempelajari perubahan pada molekul sensor adalah cara yang menarik untuk meneliti evolusi karena saat hewan menghuni tempat yang berbeda, mencium dan merasakan benda yang berbeda, memburu hewan yang berbeda, sistem sensor mereka harus menyesuaikan diri," kata Julius. Temuan itu juga menunjukkan bahwa kekuatan seleksi alam menghasilkan mekanisme pencari panas serupa yang luar biasa pada reptil dan pada kesempatan terpisah. Tak seperti ular boa atau piton, yang juga memiliki organ rongga, viper--termasuk ular derik-- relatif baru muncul, dalam kasus evolusi. Sehingga diduga dua spesies itu merupakan hasil pengembangan kemampuan yang sama secara independen. "Mengagumkan untuk menduga mutasi acak mungkin telah terjadi pada jenis penyelesaian adaptasi yang sama, lebih dari satu kali," kata Julius.