Ular mamba hitam yang berasal dari Afrika memang ular yang
paling mematikan karena bisanya. Namun di luar dugaan, bisa ular ini juga
mengandung senyawa penahan rasa sakit atau analgesik yang mumpuni, melampaui
morfin.
Ilmuwan asal Perancis menemukan senyawa tersebut setelah menganalisis bisa dari 50 jenis ular. Ia memublikasikan temuannya di jurnal Nature, Rabu (3/10/2012). Senyawa protein pada bisa ular mamba yang melampaui morfin itu disebut mambalgins.
Eric Lingueglia dari Institute of Molecular and Cellular Pharmacology di Sophia Antapolis, Perancis, yang menemukan senyawa tersebut mengatakan, "Ketika dites pada tikus putih, senyawa analgesik itu sekuat morfin tapi tidak memiliki kebanyakan efek samping yang dipunyai morfin."
Morfin diketahui beraksi di jalur opioid di otak. Senyawa itu bisa menahan rasa sakit tetapi juga memberi efek ketagihan dan rasa pusing, kesulitan berpikir, muntah dan kekakuan otot. Mambalgin tetap mampu menahan rasa sakit tetapi beraksi lewat jalur berbeda, tanpa berakibat efek samping yang besar.
Lingueglia mengatakan, mekanisme rasa sakit muncul pada manusia dan tikus putih sama. Dengan demikian, mambalgin bisa dikembangkan sebagai senyawa penahan rasa sakit bagi manusia. Tes laboratorium secara in vitro dengan sel manusia juga menunjukkan efek yang sama antara manusia dan tikus.
Namun, seperti dikutip BBC kemarin, ia menambahkan, "Ini masih pada tahap sangat awal, dan tentu sulit untuk mengatakan apakah benar-benar akan berfungsi sebagai penahan rasa sakit pada manusia atau tidak. Studi lanjut masih harus dilakukan pada hewan."
Nicholas Casewell, pakar bisa ular dari Liverpool School of Tropical Medicine mengatakan bahwa bisa ular memang berpotensi sebagai obat. Berkomentar tentang temuan ini, ia mengatakan, " Ini menarik, contoh yang bagus obat dari bisa ular, kita membicarakan kelas analgesik yang baru."
Menurut Casewell, penemuan ini cukup langka. Ia mengatakan, efek analgesik dari mambalgin mungkin terjadi berkat kombinasi dengan senyawa toksik lainnya dalam bisa ular, membuat hewan yang dimangsa tak lari.
Ilmuwan asal Perancis menemukan senyawa tersebut setelah menganalisis bisa dari 50 jenis ular. Ia memublikasikan temuannya di jurnal Nature, Rabu (3/10/2012). Senyawa protein pada bisa ular mamba yang melampaui morfin itu disebut mambalgins.
Eric Lingueglia dari Institute of Molecular and Cellular Pharmacology di Sophia Antapolis, Perancis, yang menemukan senyawa tersebut mengatakan, "Ketika dites pada tikus putih, senyawa analgesik itu sekuat morfin tapi tidak memiliki kebanyakan efek samping yang dipunyai morfin."
Morfin diketahui beraksi di jalur opioid di otak. Senyawa itu bisa menahan rasa sakit tetapi juga memberi efek ketagihan dan rasa pusing, kesulitan berpikir, muntah dan kekakuan otot. Mambalgin tetap mampu menahan rasa sakit tetapi beraksi lewat jalur berbeda, tanpa berakibat efek samping yang besar.
Lingueglia mengatakan, mekanisme rasa sakit muncul pada manusia dan tikus putih sama. Dengan demikian, mambalgin bisa dikembangkan sebagai senyawa penahan rasa sakit bagi manusia. Tes laboratorium secara in vitro dengan sel manusia juga menunjukkan efek yang sama antara manusia dan tikus.
Namun, seperti dikutip BBC kemarin, ia menambahkan, "Ini masih pada tahap sangat awal, dan tentu sulit untuk mengatakan apakah benar-benar akan berfungsi sebagai penahan rasa sakit pada manusia atau tidak. Studi lanjut masih harus dilakukan pada hewan."
Nicholas Casewell, pakar bisa ular dari Liverpool School of Tropical Medicine mengatakan bahwa bisa ular memang berpotensi sebagai obat. Berkomentar tentang temuan ini, ia mengatakan, " Ini menarik, contoh yang bagus obat dari bisa ular, kita membicarakan kelas analgesik yang baru."
Menurut Casewell, penemuan ini cukup langka. Ia mengatakan, efek analgesik dari mambalgin mungkin terjadi berkat kombinasi dengan senyawa toksik lainnya dalam bisa ular, membuat hewan yang dimangsa tak lari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar